Sering ku berkhayal
Akan keberadaan cinta yang tulus mencintaiku
Sebelum akhirnya kesadaran membangunkanku
Tentang kenyataan hari ini, hari-hari lalu
Sejak itulah khayalan menjauhiku
Aku mulai sering bermimpi
Cinta mendatangiku pada malam-malam basah
Tapi bukan untuk mencintaiku
Melainkan memintaku untuk menjauhinya
“Bagiku, kau terlarang!”
Tak perlu guru agar dapat mencintai
Pun dicintai oleh orang yang kaucintai
Karena kemanusiawian telah menisbatkan wewangiannya hingga candu-candu itu dipenuhi puja dan puji
Akan keberadaan cinta yang tulus mencintaiku
Sebelum akhirnya kesadaran membangunkanku
Tentang kenyataan hari ini, hari-hari lalu
Sejak itulah khayalan menjauhiku
Aku mulai sering bermimpi
Cinta mendatangiku pada malam-malam basah
Tapi bukan untuk mencintaiku
Melainkan memintaku untuk menjauhinya
“Bagiku, kau terlarang!”
Tak perlu guru agar dapat mencintai
Pun dicintai oleh orang yang kaucintai
Karena kemanusiawian telah menisbatkan wewangiannya hingga candu-candu itu dipenuhi puja dan puji
Sendiri aku terpaku
Menunggu kehadiran cinta
Berharap hujan akan mengantarkannya untukku
Biar hilang kegersangan rindu dan lautan angan dapat kembali teduh
Berhari-hari hujan tak datang
Aku pun bertekad untuk tidak lagi bermimpi
Agar suara-suara cinta tidak lagi mengolok-olokku
Kubaringkan tubuh menyambut pagi
Berharap agar matahari menghangatkan hati dan pikiran
Sebelum tangis menohok relung-relungnya yang seharusnya terwarnai cinta
Malam pun tak pernah sudi digantikan oleh pagi
Seolah tahu, bahwa pagi kini menjadi penting bagiku
Kegelapan telah menelan hampir seluruh kesadaranku
Membawa angan akan kebahagiaan bersama cinta kina jauh dari peluk pikirku
Kelu itu pun sempurna memerah
Saat detik terakhir napas, kutahu cinta telah menikamku dalam sepi
Mei, 2008
Menunggu kehadiran cinta
Berharap hujan akan mengantarkannya untukku
Biar hilang kegersangan rindu dan lautan angan dapat kembali teduh
Berhari-hari hujan tak datang
Aku pun bertekad untuk tidak lagi bermimpi
Agar suara-suara cinta tidak lagi mengolok-olokku
Kubaringkan tubuh menyambut pagi
Berharap agar matahari menghangatkan hati dan pikiran
Sebelum tangis menohok relung-relungnya yang seharusnya terwarnai cinta
Malam pun tak pernah sudi digantikan oleh pagi
Seolah tahu, bahwa pagi kini menjadi penting bagiku
Kegelapan telah menelan hampir seluruh kesadaranku
Membawa angan akan kebahagiaan bersama cinta kina jauh dari peluk pikirku
Kelu itu pun sempurna memerah
Saat detik terakhir napas, kutahu cinta telah menikamku dalam sepi
Mei, 2008
0 comments:
Posting Komentar