Minggu, Agustus 3

0
Pengobat Gila

Minggu, Agustus 3

Share this history on :


KETIKA Said berang, timpang-timpang dan rutuk gunjing yang menyaput langit-langit zamannya berpusing kian meruncing. Padahal sudah terlalu banyak tumbal yang dibungkam yang berdalihkan pembenaran-pembenaran ganjil. Dan keganjilan ini kian menukik ketika semua itu mengarah pada gejala penyakit gila. Berang Said pun kian menjadi-jadi ketika siang Said dan malam Said tergagap gugup dalam gamang di simpang-simpang zamannya yang kacau luput arah.

Gejala penyakit gila! Gila yang apa? Gila yang bagaimana? Gila yang semua? Gila yang semua atas bijak yang licik, atas janji yang ingkar, atas peduli yang acuh-acuh, atas cinta yang hina-dina, atas ambisi yang harga mati dan sulit nian terusik lagi. Percuma diusik-usik lagi! Karena semua mengalir, mengarah lalu berpusar-pusar di liang gila yang itu-itu juga!

“Dengar-dengar, dahulukala orang-orang bilang jikalau engkau ingin obati gila. maka bertandangkah ke pulau Sabang. Setiba engkau disana timbalah air dengan keranjang. Timba terus sampai engkau lelah, sampai engkau jera, muak dan terbersit pikiran bahwa ulahmu itu bodoh dan sia-sia belaka. Maka, seketika itu juga akan sembuhlah engkau dari penyakit gila yang mendera!” gumam Said lirih sekali, seolah-olah ia berbicara pada dirinya sendiri.


“Jika demikian mudah adanya, mengapa kamu harus berberang-berang? Bukankah kamu sudah punya titik temu dan titik pisah?” tukasku mencemooh.

“Itu kan hanya sebatas dengar-dengar. Dan itupun dari orang-orang dahulu. Kita tidak boleh percaya kalau hanya sebatas dengar-dengar. Apalagi dengar itu dari orang-orang dahulu. Kita sudah terlalu kenyang dan sudah sangat bosan untuk terus-menerus mendengar-dengar. Dari dahulu hingga nanti kita akan terus dipaksa untuk mendengar. Padahal telinga kita sudah tuli. Mulut mereka sudah bisu. Yang ada hanya gerak tipu yang sungguh palsu. Ini juga gila! Kita harus segera temukan pengobatnya.”

“Segeralah ke Sabang! Timbalah air dengan keranjang!”timpaku seketika.

“Ya, betul! Betul!”sahut Said gembira.

Hari-hari masih seperti biasa. Gila-gila menjelma semakin luar bisa. Ambang batas yakin dan percaya semakin tipis saja, karena semua menggerus-gerus diri untuk terus memperdaya siapa saja yang terpedaya. Ketika engkau yang terpedaya, terperangkaplah engkau jiwa raga. Binasalah engkau dalam gila.

Ketika sempurna gila yang engkau rasa, segeralah menyeberang ke Sabang! Timbalah air dengan keranjang! Timba terus sampai lelah, sampai jera, sampai muak, sampai lupa bahwa engkau gila!



0 comments:

Posting Komentar

 

ADVERTISEMENTS

Subscribe Archive News

Segera konfirmasi email anda agar saya bisa mengirimkan Artikel terbaru gratis ke email anda.

Arhive News Merupakan Sebuah Blog Yang dibuat oleh SIAF, tujuannya adalah ingin berbagi informasi terbaru di dunia online, jangan lupa tinggalkan kesan pesan anda di blog sederhana ini salam hangat dari saya.