Senin, Januari 11

0
Tren diet makanan mentah: Sehatkah?

Senin, Januari 11

Share this history on :

Tren diet mengkonsumsi makanan mentah (Raw-food diet) sudah berkembang sejak beberapa dekade lalu. Tapi tampaknya belakangan tren ini kembali digemari. Para pengikutnya memiliki anggapan bahwa memasak makanan akan menghancurkan nilainya -atau daya kehidupan yang dimiliki makanan itu. Karenanya, pengikut diet ini tidak akan makan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian yang dipanaskan. Mereka juga tidak mengkonsumsi daging maupun ayam. Jana Klauer, ahli kesehatan yang mengambil spesialisasi di nutrisi mengatakan, "Kabar baiknya, diet ini mengajar pengikutnya untuk makan buah dan sayur yang tidak diproses, yang menurut studi, amat baik untuk kesehatan. Plus, makanan ini sangat rendah lemak jenuh dan kalori."

Kabar buruknya, makan makanan mentah bisa jadi membosankan. Bayangkan Anda harus hidup dengan makan salad dan minum smoothies setiap hari sepanjang hidup Anda. Betapa membosankannya. Jika Anda ingin mengikuti jejak-jejak para artis Hollywood untuk bisa tahan dengan diet ini dalam waktu lama, maka Anda akan butuh koki khusus. Koki khusus ini akan mengolah makanan untuk Anda sesuai standar diet makanan mentah dengan tampilan yang menggugah untuk Anda santap. Tapi, untuk bisa memiliki koki khusus ini di rumah Anda, tentunya tak akan murah. Karena perlu orang yang benar-benar terlatih, baik untuk menghitung kalori dan kebutuhan nutrisi, sekaligus pandai berkreasi memasak.

Tantangan lainnya, diet ini masih menemui kesulitan dalam pemenuhan kalsium untuk kepekatan tulang, B-kompleks untuk kebutuhan energi, juga protein untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Makanan "halal" untuk dimakan yang bisa memenuhi kebutuhan ini hanya dari sushi dan kacang-kacangan. Belum lagi, dengan diet ini, Anda bisa dengan mudahnya terjangkit penyakit, misal; terlalu sering mengkonsumsi buah bisa menyebabkan organ dalam tubuh stres. Jika ini terjadi, maka akan bisa meningkatkan insulin dalam tubuh, sehingga membuat tubuh menyimpan kalori sebagai lemak -yang artinya, percuma saja menghindari makanan yang dimasak.

Namun ada pula yang bertindak kreatif untuk tetap bisa menikmati makanan favoritnya tanpa harus meninggalkan diet ini. Misal, dengan menyimpan cokelat kesukaan di tempat yang amat sulit terjangkau, contohnya di lemari es paling belakang, di dalam freezer. Sehingga, ketika sewaktu-waktu diperlukan, bisa dimakan dalam jumlah sedikit saja. Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan membatasi diri sedemikian rupa untuk mendapati angka yang diingini di timbangan sepadan dengan kebahagiaan yang didapat?


0 comments:

Posting Komentar

 

ADVERTISEMENTS

Subscribe Archive News

Segera konfirmasi email anda agar saya bisa mengirimkan Artikel terbaru gratis ke email anda.

Arhive News Merupakan Sebuah Blog Yang dibuat oleh SIAF, tujuannya adalah ingin berbagi informasi terbaru di dunia online, jangan lupa tinggalkan kesan pesan anda di blog sederhana ini salam hangat dari saya.