Senin, Juni 30

0
DALAM MALAM

Senin, Juni 30

Share this history on :


Malam kelam. Tak ada angin, tak ada cahaya. Gelap. Segelap kehidupan seorang yang sedang memandang langit tak berbintang, dan ikut mati bersama bulan mati. Ia melangkah, meraba dalam gelap. Mata tak berfungsi, hanya hidung dan telinga yang dipaksa berfungsi maksimal. Ia kini sadar, mata samasekali tak berarti tanpa cahaya.

Ia terus melangkah, dan tiba-tiba terjatuh. Sebuah lubang besar seperti sumur tua yang menganga. Ia meluncur cepat ke bawah. Dalam kritis itu secepat pikiran ia meraih sesuatu pada sisi lubang. Akar pohon menjadi seutas tali yang menghentikannya meluncur lebih dalam ke lubang.

Hari-hari hampa, meski ia sudah berjalan dalam limpahan cahaya. Ia tak peduli, tak pernah merasa ada berarti pada cahaya. Begitulah seharusnya, pikirnya. Tak ada yang istimewa, yang perlu untuk ditakjubkan pada cahaya. Dalam limpahan cahaya itu justru ia tersesat hingga langkahnya kian jauh terseret ke gelapan.

Hanya pada akar pohon yang tak dipastikan apakah kokoh, ia terus bergantung, dan dengan sisa dayanya mencoba naik ke permukaan lubang. Perih dirasakan bersamaan sesuatu yang menetes dari tubuhnya. Bau amis darah dari daging yang dirobek sisi lubang.

Ia mulai risau dan kalut. “Kalau sekiranya aku tahu tujuan, tentu tak akan tersesat”. Penyesalan kini menyelimuti, tapi tak bisa memutar waktu. Ia terus berpikir ke belakang. Belum terpikir ke depan, memikirkan bagaimana menyelamatkan diri atau sekiranya tidak memungkinkan menyelamatkan diri, ia mempersiapkan diri untuk mati. Tapi adakah orang yang benar-benar mempersiapkan bekal untuk mati?

Kematian adalah kepastian. Cepat atau lambat. Tapi banyak manusia tidak memikirkan dan mempersiapkan mati. Bila binatang bisa dimaklumi, sebab tak punya pengetahuan akan kematian. Ia terus menaiki ke permukaan lubang, sedikit lagi sampai. Namun tak melanjutkan. Ia merasa perjuangan menaiki ke permukaan lubang masih jauh dan ia merasa sia-sia. Ia lelah, gemetar, gentar. “Adakah cahaya agar tahu apa yang sedang kunaiki dan aku bisa memperkirakannya,” gumamnya. Tak berani bersuara karena akan menjadi kengerian di kegelapan. Kegelapan mengubah suara menjadi seperti suara monster pembawa kematian.

Dan ternyata memang monster hadir. Dalam kegelapan itu ia melihat sesuatu yang lebih kelam, sesuatu yang berada di atas kepalanya. Ia benar-benar mampus kini. Sadar, apa yang dicobanaiki tidak lebih baik dari jatuh ke dalam lobang. Tapi benarkah jatuh lebih baik dari menaiki ke atas permukaan? Apa yang harus dilakukan? Di atasnya, monster kegelapan menyeringai. Gigi-gigi hitam bertaring lebih kelam dari gelap. Matanya hitam tajam dalam. Bertubuh seperti kelalawar hitam dengan ujung-ujung sayap runcing siap menampar dan menusuknya. Tak ada lintas tanya; siapa, mau apa dan dari mana moster itu datang. Ia hanya terlintas, monster itu tidak bersahabat. Ada hawa hendak merenggut ruhnya. Ia bergetar, menjadi ragu.

Sudah lama ia berjalan di muka bumi, tapi hatinya kosong. Padahal semua kebutuhan terpenuhi. Tapi serasa dalam gelap kelam yang lengang. Ia tak ingin hidup demikian, tapi tak tahu memulainya. Ia hanya bergerak, bergerak tak bertujuan. Ia telah terjebak dalam gelap, benar-benar ditelan malam.

Ia menangis. Ia merasa rugi ketika cahaya di sekelilingnya diabaikan. Kini ketika tenggelam dalam malam, cahaya menjadi sangat berarti. Sekarang aku butuh cahaya, dan aku berjanji, akan memeliharanya, selalu kubawa dalam setiap langkah.

“Wahai Cahaya hadirlah, wahai Kegelapan pergilah..” dengan lirih berat tegas suara itu keluar dari tenggorokannya.

Ia bersabar dalam diam. Telah timbul harapan, karena teralihkan pikirannya dari monster kelam itu.

Ia tak pedulikan lagi dan terus memejamkan mata sambil berdoa, bahwa kesabaran, selalu membuahkan hasil. Cahaya itu menantinya di permukaan lubang sambil ia naik menggapainya, merebahlah tubuhnya ke bumi seketika. Langit terang dengan lazuardi indah. Sekilas ia melongok ke lubang. Ia bergidik, membayangkan sekiranya ia benar-benar jatuh ke dasarnya. Ia bersyukur tidak memilih untuk jatuh, dan kini siap menuju jalan cahaya.


By : Fazil Abdullah, S.S


0 comments:

Posting Komentar

 

ADVERTISEMENTS

Subscribe Archive News

Segera konfirmasi email anda agar saya bisa mengirimkan Artikel terbaru gratis ke email anda.

Arhive News Merupakan Sebuah Blog Yang dibuat oleh SIAF, tujuannya adalah ingin berbagi informasi terbaru di dunia online, jangan lupa tinggalkan kesan pesan anda di blog sederhana ini salam hangat dari saya.