Seumpama musim, laksana masa, seperti gelombang yang menghempas berlaksa puja-puji dan caci maki, maka hadirmu kini adalah hadir untuk pergi, lalu pergi untuk hadir-hadir kembali. Begitu itu dan begitu itulah berulang-ulang selamanya, selama masa-masa masih bermasa.
Selalu saja kami sambut hadirmu dengan gempita upacara berseling adat tepung tawar dan aneka kenduri-kendurian. Selalu saja kami bermasa bodoh, berpura-pura senang sambil mengiya-iyakan saja berentet-rentet ikrar bohongmu yang berani jamin hidup kami makmur sejahtera. Beraninya engkau menjamin itu karena kami kau paksa untuk bersuka cita mau kau inikan dan itukan sesuka mimpi buruk yang bercokol kalut dalam tempurung kepalamu.
Sungguh kami sudah sangat mahfum dengan lenggok kocak yang begitu lihai engkau obralkan. Engkau belai-belai kami seolah kami makhluk asing yang terabai kasih sayang. Engkau intai-intai kami seolah kami pengkhianat busuk yang tega menuba kaum kerabat biar engkau lekas keramat. Ya, keramat! Keramat yang hanya guna untukmu! Keramat yang melumat habis kerelaan dan kesetiaan yang telah kami beri!
Selalu saja kami sambut hadirmu dengan gempita upacara berseling adat tepung tawar dan aneka kenduri-kendurian. Selalu saja kami bermasa bodoh, berpura-pura senang sambil mengiya-iyakan saja berentet-rentet ikrar bohongmu yang berani jamin hidup kami makmur sejahtera. Beraninya engkau menjamin itu karena kami kau paksa untuk bersuka cita mau kau inikan dan itukan sesuka mimpi buruk yang bercokol kalut dalam tempurung kepalamu.
Sungguh kami sudah sangat mahfum dengan lenggok kocak yang begitu lihai engkau obralkan. Engkau belai-belai kami seolah kami makhluk asing yang terabai kasih sayang. Engkau intai-intai kami seolah kami pengkhianat busuk yang tega menuba kaum kerabat biar engkau lekas keramat. Ya, keramat! Keramat yang hanya guna untukmu! Keramat yang melumat habis kerelaan dan kesetiaan yang telah kami beri!
Sia-sia semuanya. Sial-sial semuanya. Sia-siaan dan sial-sialan yang menimpuk hari ini dan hari esok kami adalah buah dari ikrar bohongmu. Kami semakin jauh dari bau makmur sejahtera. Hari-hari kami semakin kacau. Biaya untuk hidup kami dan biaya untuk mati kami semakin tak terkendali. Kami kini kerakap di atas batu. Engkau tetap benalu yang tak punya urat malu.
Semakin gelap dan pengap masa ini. Tetapi engkau masih bisa bernyanyi, melena-lenakan kami untuk tabah dan tidak berkecil hati. Engkau berjanji lagi akan segera membawa perubahan dan pencerahan. Dan kami percaya-percaya lagi, walau tidak sepenuh hati lagi. Kami sepertinya suka dikibul- kibuli, karena kami suka juga dengan lelucon-lelucon seperti ini. Sebenarnya tidak lucu lelucon itu, tetapi kami sepi hiburan diri, maka kibul-kibulmu bolehlah jadi pengulur sisa kosong hari kami.
Sia-sia semua! Sial-sial semua! Sungguh hidup semakin berat, ketika hari-hari melesat begitu cepat, umur-umur belia menua dalam sekejap. Dalam bimbang tak bimbang engkau hadir lagi dengan muka tak berdosa, meneduhkan galau hari kami. Kami larut lagi! Kami larut lagi!
Engkau dan kami seumpama musim, laksana masa, seperti gelombang yang menghempas-hempas berlaksa puja-puji dan caci maki..
By : Saiful Bahri
Semakin gelap dan pengap masa ini. Tetapi engkau masih bisa bernyanyi, melena-lenakan kami untuk tabah dan tidak berkecil hati. Engkau berjanji lagi akan segera membawa perubahan dan pencerahan. Dan kami percaya-percaya lagi, walau tidak sepenuh hati lagi. Kami sepertinya suka dikibul- kibuli, karena kami suka juga dengan lelucon-lelucon seperti ini. Sebenarnya tidak lucu lelucon itu, tetapi kami sepi hiburan diri, maka kibul-kibulmu bolehlah jadi pengulur sisa kosong hari kami.
Sia-sia semua! Sial-sial semua! Sungguh hidup semakin berat, ketika hari-hari melesat begitu cepat, umur-umur belia menua dalam sekejap. Dalam bimbang tak bimbang engkau hadir lagi dengan muka tak berdosa, meneduhkan galau hari kami. Kami larut lagi! Kami larut lagi!
Engkau dan kami seumpama musim, laksana masa, seperti gelombang yang menghempas-hempas berlaksa puja-puji dan caci maki..
By : Saiful Bahri
0 comments:
Posting Komentar